Hidup Jadi Lebih Damai dengan Ikhlas, Sabar, dan Pemaaf
1.
Membaca Al-Qur’An
a. Membaca Q.S. an-Nisa/4: 146
“kecuali
orang-orang yang taubat dan Mengadakan perbaikan[369] dan berpegang teguh pada
(agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka
mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan
memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.”
b. Membaca Q.S. al-Baqarah/2: 153
“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu[99], Sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar.”
c. Membaca Q.S. Ali-Imran/3: 134
“(yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
2.
Memahami Hukum Bacaan Nun
Sukun/Tanwin)
Apabila ada nun Sukun/tanwin berhadapan dengan huruf hijaiyyah,
ada empat hukum bacaannya, yaitu idzhar (bacaan jelas), ikhfa (bacaan
samar), idgham (bacaan lebur), dan iqlab (bacaan beralih).
Secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut.
a.
Izhar,
yaitu apabila nun Sukun/tanwin berhadapan dengan salah satu
dari huruf idhar: maka nμn Sukμn/tanwin tadi dibaca jelas
b.
Ikhfa, yaitu
apabila nun Sukun/tanwin berhadapan dengan salah satu dari huruf ikhfa maka
nun Sukun/tanwin tadi dibaca samar.
c.
Idgam,
yaitu apabila nun Sukun/tanwin berhadapan dengan salah satu
dari huruf idghom maka nμn Sukun/tanwin tidak dibaca (dilebur ke huruf-huruf
tersebut).
d.
iqlab,
yaitu apabila nun Sukun/tanwin berhadapan dengan huruf “Ba”:
maka nun Sukun/tanwin dibaca beralih menjadi m.
3.
Kandungan Q.S. an-Nisa/4:146/ Q.S. al-Baqarah/2: 153/ Q.S.
ali-Imran/3: 134
a.
Kandungan
Q.S. an-Nisa/4:146 serta Hadis Terkait
Kandungan Q.S. an-Nisa/4: 146 menjelaskan tentang
keikhlasan amal seseorang. Ikhlas merupakan syarat mutlak diterimanya
amal. Perhatikan firman Allah Swt. berikut.
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya
mereka mendirikan ¡alat dan menμnaikan zakat; dan yang demikian itulah agama
yang lurus.” (Q.S. al-Bayyinah/98:5)
“Dari Ibnu Mas’ud r.a, Rasulullah saw.. bersabda: “Tiga hal yang
tidak boleh hati seorang mukmin iri terhadapnya: ikhlas dalam beramal, memberi
nasihat kepada pemimpin, dan melanggengkan kebersamaan dengan jamaah.” (H.R. Ahmad).
Setiap perbuatan manusia dimulai dari gerak hati atau niatnya. Oleh
karena itu, yang harus diluruskan pertama kali agar tercapai derajat mukhlisin
adalah niat di dalam hati.
Allah Swt. berfirman:
“Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya,
meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).’ (Q.S. al-Mukmin/40:14)
Niat yang baik akan menghasilkan perbuatan baik. Begitu pula niat
yang ikhlas akan mengantarkan ke perbuatan yang ikhlas pula. Dengan ikhlas,
hati kita menjadi tenteram, tidak ada beban yang memberatkan.
b.
Kandungan
Q.S. al-Baqarah/2:153 serta Hadis Terkait
Kandungan Q.S. al-Baqarah/2:153 menjelaskan orang-orang yang
sabar. Sesungguhnya Allah Swt. beserta orangorang yang sabar. Sabar merupakan pengendali
hati untuk selalu Istiqamah dalam berbuat baik. Sayidina Ali bin Abi Thalib
mengatakan.
“Sabar adalah bagian dari iman,sebagaimana kepala bagian dari
tubuh”.
Sabar bisa diartikan tabah, tahan menderita, ulet, tekun, dan tidak
mudah putus asa. Sabar juga bisa berarti menahan, maksudnya adalah menahan diri
dari kesusahan yang menimpanya, menahan lisan atau anggota badan dari perkataan
dan perbuatan yang tidak baik, serta menahan rasa malas untuk berbuat baik.
Sabar juga berarti menahan diri untuk tidak melampiaskan nafsu
angkara murka, mengendalikan lidah untuk tidak berkeluh kesah, dan mengontrol
anggota tubuh untuk tidak bertindak anarki.
Orang yang sabar tidak hanya bersikap lapang dada saat menghadapi
kesulitan dan musibah, tetapi juga teguh pendirian (Istiqamah) dalam
memperjuangkan kebenaran, dan selalu dinamis dan optimistis dalam meraih masa
depan yang lebih baik dan bermakna.
Sabar itu ada beberapa macam, antara lain sabar menjalankan
perintah Allah Swt., menjauhi kemaksiatan atau meninggalkan larangan Allah
Swt., menerima dan menghadapi musibah, menμntut ilmu pengetahuan, serta sabar
dalam bekerja dan berkarya.
Kelima bentuk kesabaran tersebut berkaitan erat dengan ketahanan
mental spiritual, sehingga kesabaran itu selalu menμntut ketahanan jiwa dan
kekayaan mental spiritual yang tangguh.
c.
Kandungan
Q.S. Ali-Imran/3: 134 serta Hadis Terkait
Kandungan Q.S. Ali - Imran / 3 : 134 menjelaskan ciri-ciri
orang yang taqwa, yaitu selalu memaafkan orang lain.
Rasulullah saw. menganjurkan kepada kita untuk saling memaafkan dan
meminta maaf, sebagaimana sabdanya:
“Dari Aisah dari Anas berkata, Rasulullah saw. bersabda:
“Sambunglah tali silaturahmi kepada
orang yang telah memutuskanmu dan maafkanlah orang-orang yang mendzalimimu“. (H.R.
Baihaqi)
Pemaaf berarti orang yang rela memberi maaf kepada orang lain.
Sikap pemaaf berarti sikap suka memaafkan kesalahan orang lain tanpa sedikit pun
ada rasa benci dan keinginan untuk membalasnya. Dalam bahasa Arab sikap pemaaf
disebut al-‘afw yang juga memiliki arti bertambah (berlebih),
penghapusan, ampun, atau anugerah.
Setiap manusia pernah melakukan kesalahan. Kesalahan dan kekhilafan
adalah fitrah yang melekat pada diri manusia. Rasulullah saw. bersabda “Setiap
manusia pernah melakukan kesalahan dan sebaik-baik pelaku kesalahan itu
adalah orang yang segera bertobat kepada Allah Swt.”. Ini
berarti bahwa manusia yang baik bukan orang yang tidak pernah berbuat salah,
karena itu mustahil, kecuali Rasulullah saw. yang ma’¡um (senantiasa
dalam bimbingan Allah Swt.). Akan tetapi, manusia yang baik adalah manusia yang
menyadari kesalahannya dan segera bertobat kepada-Nya.
Perilaku Ikhlas, Sabar, dan Pemaaf
Sebelum menerapkan perilaku ikhlas,
sabar, dan pemaaf sebagai penerapan Q.S. an-Nisa/4: 146, Q.S. al-Baqarah/2:
153 dan Q.S. ali-Imran/3: 134, terlebih dahulu kalian harus
membiasakan membaca Al-Qur’an setiap hari, baik yang berkaitan dengan
materi di atas maupun yang lainnya.
Berikut ini contoh perilaku sebagai
implementasi Q.S. an-Nisa/4: 146, Q.S. al-Baqarah/2: 153 dan Q.S.
ali-Imran/3: 134.
1.
Perilaku Ikhlas dalam Kehidupan Sehari-hari
Perilaku ikhlas sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. an-Nisa/4:
146 dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan cara:
a.
Gemar
melakukan perbuatan terpuji dan tidak dipamerkan kepada orang lain;
b.
Ikhlas
dalam beribadah, semata-mata karena Allah Swt.;
c.
Tidak
mengharapkan pujian atau sanjungan dari orang lain;
d.
Selalu
berhati-hati dalam bertindak atau berperilaku;
e.
Tidak
pernah membedakan antara amal besar dan amal kecil;
f.
Tidak
menghitung-hitung apalagi mengungkit-ungkit kebaikan yang pernah diberikan
kepada orang lain.
2.
Perilaku Sabar dalam Kehidupan Sehari-hari
Perilaku sabar sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S.
al-Baqarah/2: 153 dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan cara
sebagai berikut.
a.
Sabar
dalam menjalankan perintah Allah Swt., seperti:
1) Ketika mendengar azan segera menuju ke masjid untuk melaksanakan salat
berjamaah;
2) Ketika bel berbunyi segera masuk kelas untuk mengikuti pelajaran;
3) Saat orang tua memanggil, segera menghadap dan menemui agar tidak mengecewakannya.
b.
Sabar
dalam menjauhi maksiat atau meninggalkan larangan Allah Swt., seperti:
1)
Ketika
diajak membolos segera menolak dan menghindari teman-teman yang bersekongkol
untuk membolos;
2)
Saat
diajak tawuran segera menolak dan menjauhi teman-teman yang mengajaknya;
3)
Tidak
cepat marah dan main hakim sendiri.
c.
Sabar
dalam menerima dan menghadapi musibah, seperti:
1)
Ketika
terkena musibah sakit tidak mengeluh dan tidak putus asa untuk berusaha mencari
obatnya;
2)
Ketika
terkena musibah tidak mengeluh dan tidak menyalahkan Allah dan orang lain.
3.
Perilaku Pemaaf dalam Kehidupan Sehari-hari
Perilaku pemaaf sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. ali-Imran/3:
134 dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan:
a.
Memberikan
maaf dengan ikhlas kepada orang yang meminta maaf;
b.
Meminta
maaf atas kesalahan yang diperbuat;
c.
Tidak
memendam rasa benci dan perasaan dendam kepada orang lain.