Senin, 08 Desember 2014

BAB 5 Sejarah Nabi Muhammad SAW

SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW.
(Selamat Datang Wahai Nabiku Kekasih Allah Swt.)

Nabi Muhammad saw. lahir pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal bertepatan dengan tanggal 20 April 571 Masehi.
Nabi Muhammad saw. lahir dalam keadaan yatim. Ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib wafat saat Nabi Muhammad saw. Masih berusia 6 bulan di dalam kandungan ibunya, Siti Aminah. Saat bayi, Nabi Muhammad saw. diasuh oleh Halimah Sa‘diyah dari Bani Saad, Kabilah Hawazin. Di perkampungan bani Saad inilah Nabi diasuh dan dibesarkan sampai usia 5 tahun.
Saat Nabi Muhammad saw. memasuki usia 6 tahun, ibunya wafat. Ia pun diasuh oleh kakeknya, Abdul Mu¯±lib. Kakeknya adalah seorang pemuka Quraisy yang sangat disegani. Nabi Muhammad saw. mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang sangat besar dari sang kakek. Sayang, hanya dua tahun Nabi diasuh kakeknya. Abdul Muthalib meninggal saat Nabi Muhammad saw. Berusia 8 tahun. Selanjutnya, Nabi Muhammad saw. diasuh oleh pamannya, Abu Thalib sampai menginjak remaja.
Sejak diasuh oleh pamannya, Nabi Muhammad saw. berkembang sebagai seorang anak yang mulai menginjak masa remaja. Di situlah Nabi Muhammad saw. diperkenalkan oleh pamannya bagaimana cara menjalani hidup. Nabi Muhammad saw. mulai mencari pekerjaan sebagai buruh di usianya yang baru sepuluh tahun agar dapat menghidupi dirinya sendiri. Mulailah ia menjadi penggembala ternak milik orang lain di daerah gurun Mekah yang sangat panas Ia makan dari tumbuhan liar yang terdapat di gurun.
Di gurun pasir itulah ia menghayati arti kehidupan. Kesulitan hidup, kesendirian, dan rasa tanggung jawab menjadikannya lebih matang dari pada usianya.
Sang paman melihat kecerdasan dan kematangan keponakannya, maka pada usia 12 tahun, Nabi Muhammad saw. diperkenalkan kepada ilmu perniagaan. Nabi Muhammad saw. yang masih remaja pun turut serta dalam pengelolaan ekonomi pamannya. Ia sudah ikut membawa barang dagangan yang diambil dari majikannya, Siti Khadijah. Hampir 3 tahun Nabi Muhammad saw. mengikuti pamannya untuk menjajakan barang dagangannya.
Ketika kafilah dagang mereka sampai di kota Basra di wilayah Syria Besar, seorang pendeta terkenal di masa itu, Buhairah, menghampiri Abu Thalib dan mengatakan, “Aku mengenali anak muda ini sebagai sosok yang kelak akan dinobatkan sebagai rahmat bagi semesta alam. Hal ini telah tertulis jelas dalam kitab-kitab kami.” Buhairah selanjutnya menyarankan kepada Abu Thalib, “Lindungi anak muda ini dari orang-orang Yahudi, lebih baik bawa ia kembali ke Mekah.” Abu Thalib pun menuruti saran pendeta tersebut.
Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad saw. mulai berdagang sendiri tanpa bantuan pamannya. Ia mengambil sendiri barang dagangannya dan memasarkannya. Ketika berdagang, Nabi Muhammad saw. sangat jujur, tidak pernah membohongi para pembelinya. Nabi tidak pernah mengambil keuntungan yang terlalu besar, selalu berkata sopan, ramah, dan penuh kasih sayang.
Jadi, keberhasilan usaha dagang Nabi Muhammad saw. itu disebabkan oleh pribadi mulia berikut ini:
1. Berpendirian teguh.
2. Memiliki semangat kerja yang tinggi.
3. Memiliki kejujuran yang luar biasa.
4. Menjunjung tinggi amanah atau kepercayaan yang diberikan orang lain.
5. Mampu menghadapi segala cobaan dan rintangan dalam perjalanan.
6. Menyamakan pelayanan terhadap para pembeli.
7. Memiliki sifat percaya diri.
8. Menampilkan keramahan dan kesopanan, serta kasih sayang kepada siapa saja.
Kejujuran, perilaku santun, kesopanan berbicara, kerja keras, dan kecerdasan Nabi Muhammad saw. merebut hati setiap orang, termasuk Siti Khadijah. Pertama-tama ia meminta Nabi Muhammad saw. untuk memasarkan barang dagangannya ke Syria. Hasilnya luar biasa. Itulah yang membuat Siti Khadijah tertarik dan akhirnya menikah dengan Nabi Muhammad saw. Mereka dikaruniai 7 orang anak, yaitu: Ibrahim, Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummi Kulsum dan Fatimah.

Nabi Muhammad saw. Di Diangkat Menjadi Rasul         
Nabi Muhammad saw. merasakan keresahan atas perilaku yang dialami oleh masyarakat Arab yang sudah jauh dari nilai-nilai kebenaran. Kemudian, Nabi Muhammad saw. melakukan uzlah (mengasingkan diri) di Gua Hira. Hal ini dilakukan oleh beliau berkali-kali. Maka tepat pada tanggal 17 Ramadan tahun ke-40 dari kelahirannya, Nabi didatangi Jibril dan menerima wahyu pertama     
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Q.S. al-‘Alaq/96: 1-5)
Wahyu pertama ini lah yang menandakan bahwa Nabi Muhammad saw. dipilih dan diangkat Allah Swt. Untuk menjadi utusan-Nya atau Rasul.
Setelah wahyu pertama ini Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara Nabi Muhammad saw. terus menantikan wahyu berikutnya dan selalu datang ke Gua Hira. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu kedua, yaitu Q.S.
al-Muddasir/74: 1-7.
$pkšr'¯»tƒ ãÏoO£ßJø9$# ÇÊÈ   óOè% öÉRr'sù ÇËÈ   y7­/uur ÷ŽÉi9s3sù ÇÌÈ   y7t/$uÏOur öÎdgsÜsù ÇÍÈ   tô_9$#ur öàf÷d$$sù ÇÎÈ   Ÿwur `ãYôJs? çŽÏYõ3tGó¡n@ ÇÏÈ   šÎh/tÏ9ur ÷ŽÉ9ô¹$$sù ÇÐÈ  
“Wahai orang yang berkemul (berselimut)! bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan agungkanlah Tuhanmu. dan bersihkanlah pakaianmu. Dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji. dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan karena Tuhanmu, bersabarlah.(Q.S. al-Mudda¡ir/74:1-7)
Dakwah Nabi Muhammad
Dakwah Nabi Muhammad saw di Mekah
Dengan turunnya wahyu yang kedua, yaitu Q.S. al-Mudda¡ir/74: 1-7, Rasulullah saw. mulai berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Nabi mengajak orang-orang yang terdekat dengannya. Tujuannya, agar mereka lebih dulu percaya kepada seruannya dan mengikutinya. Tempat yang beliau pilih untuk berdakwah adalah rumah al-Arqam bin Abil Arqam al Akhzami.
Orang-orang yang pertama kali memeluk Islam atau yang dikenal as-Sabiqμn al-Awwalun, Mereka adalah Siti Khadijah, Abu Bakar, Ali bin Abi Talib, Zaid bin Harisah, dan Ummu Aiman.
Selain yang tersebut di atas, berkat bantuan Siti Khadijah dan Abu Bakar Siddiq, dari hari ke hari bertambahlah orang-orang yang beriman kepada seruan beliau, baik pria maupun wanita.
Sahabat pria yang kemudian segera beriman, adalah: Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Abdullah bin Mas’μd, Ammar bin Yasir, Yasir (bapak ‘Amar), Sa’ad bin Zaid, Amir bin Abdullah, Usman bin Madlun, Qudamah bin Madlun, Abdullah bin Madlμn, Khalid bin Sa’ad, Sa’ad bin Abi Waqqos, Thalhah bin Ubaidillah, Arqam bin Abil Arqam, Ja’far bin Abi Thalib, Khabab bin Al Art, Bilal bin Rabah, Abi Dzarim Al Ghafary, Abu Salamah, ‘Imran bin Hasyim, Hasyim (bapak Imran), ‘Amir bin Sa’ad, dan ‘Ubaidah bin Al-Haris.
Sementara itu, para wanitanya adalah: Shafiyyah binti Abdil Muthallib, Lubabah Ummul Fadhal binti Haris, Ummu Salamah (istri Abu Salamah), Asma binti Abu Bakar, Asma binti Amies (istri Ja’far), Ratimah binti Khattab, Summiyah (Ibu Ammar).
Setelah Nabi Muhammad saw. berdakwah secara sembunyi-sembunyi, maka
turunlah wahyu yang ketiga, yaitu Q.S. al-Hijr/15: 94-95:
÷íyô¹$$sù $yJÎ/ ãtB÷sè? óÚ̍ôãr&ur Ç`tã tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$# ÇÒÍÈ   $¯RÎ) y7»oYøxÿx. šúïÏäÌöktJó¡ßJø9$# ÇÒÎÈ  
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu).” (Q.S. al-Hijr/15: 94-95)
Kemudian Nabi Muhammad saw. menerima wahyu lagi:
”Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman (Q.S. asy-Syuara/26: 214-215).
Setelah Rasulullah saw. menerima wahyu tersebut, beliau mulai berdakwah secara terang-terangan. Pertama-tama, Nabi mengumpulkan seluruh sanak keluarganya di kaki Gunung safa untuk mengajak mereka beriman kepada Allah Swt. Akan tetapi, salah seorang pamannya, Abu Lahab, bersikap sinis dan tidak mau menerima dakwah Rasulullah saw.
Banyak cara yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy untuk menghambat dakwah Rasul, di antaranya mencoba menyuruh pamannya Abu Thalib untuk menghentikan dakwah keponakannya itu. Namun, Nabi Muhammad menolak dan mengatakan,”Demi Allah, meskipun seluruh anggota keluarga mengucilkanku, aku akan terus berdakwah menyebarkan ajaran Islam”.
            Kegagalan kafir Quraisy untuk menghambat dakwah Rasul, menjadikan mereka semakin marah dan emosi. Budak-budak mereka yang masuk Islam dibunuh dan disiksa. Seluruh pengikut Nabi selalu diancam dan diteror agar menolak ajakan Nabi Muhammad saw.
            Abu Jahal, paman Nabi Muhammad saw. menyewa orang Yahudi untuk mengejek dan mencaci maki Nabi dengan harapan ia berhenti berdakwah. Akan tetapi, justru akhirnya si Yahudi itu masuk Islam karena keluhuran akhlak Nabi.
            Setelah kafir Quraisy gagal melakukan tekanan, mereka menawarkan harta benda, wanita, dan pangkat agar Nabi mau meninggalkan dakwahnya. Kaum Quraisy mengutus Utbah bin Rabiah untuk menawarkan hal-hal tersebut. Utbah mengatakan: “Hai Muhammad! Jika kau menginginkan kekayaan, saya sanggup menyediakannya. Jika kau menginginkan pangkat yang tinggi, saya sanggup mengangkatmu menjadi raja. Jika kau menginginkan seorang wanita cantik, saya sanggup mencarikannya dengan syarat kau berhenti melanjutkan dakwahmu. Nabi Muhammad saw. tidak tertarik pada tawaran itu dan terus berdakwah.
            Setelah kafir Quraisy gagal lagi, akhirnya mereka memboikot Nabi Muhammad saw. Bani Muthallib, dan Bani Hasyim. Karena pemboikotan ini, umat Islam terkurung di celah-celah kota Mekah bernama Syiib. Pemboikotan berlangsung selama tiga tahun dimulai pada tahun ketujuh kenabian. Isi pemboikotan itu ditulis dalam selembar surat yang berisi:
1. Kaum Quraisy tidak akan menikahi orang Islam.
2. Kaum Quraisy tidak menerima permintaan nikah dari orang Islam.
3. Kaum Quraisy tidak akan melakukan jual-beli dengan orang Islam.
4. Kaum Quraisy tidak akan berbicara ataupun menengok orang Islam yang sakit.
5. Kaum Quraisy tidak akan mengantar mayat orang Islam ke kubur.
6. Kaum Quraisy tidak akan menerima permintaan damai den orang Islam
dan menyerahkan Muhammad untuk dibunuh.

Undang-undang pemboikotan itu digantung di dinding Ka’bah. Penulisnya bernama Manshur bin Ikrimah. Setelah tiga tahun, undang-undang tersebut rusak karena dimakan rayap. Kemudian, undang-undang tersebut dirobek oleh Zubair bin Umayyah, Hisyam bin Amr, Muth’im bin Adi, Abu Bakhtari bin Hisyam, dan Zama’ah bin Al-Aswad. Mereka merasa kasihan dengan siksaan kaumnya kepada Bani Hasyim dan Bani Muthallib.

8 komentar: